Bahas buku yukkk.
Judul: Mengenal syekh Abdul Qadir al jailani
Penulis: Jumawan ApriyantoSosok beliau sangat masyur hingga saat ini. Beliau di kenal sebagai walinya para waliyullah. Banyak karamah yang beliau dapatkan hingga apa pun yang ia katakan sampai kepada hati orang yang mendengarkan yang membuatnya populer karena karomahnya.
Sosok beliau tekun dalam mengejar ilmu. Di masa mudanya (18 tahun) beliau meninggalkan kota kelahirannya yakni jailan atau kailan persia merantau ke baghdad pada tahun 488 H untuk menuntut ilmu dibiayai oleh ibunya. Baghdad adalah kota yang paling terkenal karena ulamanya yang banyak memberikan pengaruh terhadap pemikiran Islam.
Beliau sosok yang sangat bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Syekh Abdul Qadir al jailani menuntut ilmu selama 32 tahun.
Ibnu rajab menggambarkan bagaimana kesulitan (penderita) saat menuntut ilmu masa itu bahwa Abdul Qadir al jailani pernah berkata bahwa
"Saya memakan pohon-pohon berduri, bawang yang mati dan daun-daun kering di pinggir sungai dan parit, saya mengalami kesulitan ekonomi yang sangat parah di Baghdad hingga berhari-hari saya tidak makan dan hanya makan tumbuhan yang baru bersemi. Suatu hari saya keluar karena sangat kelaparan dan berharap menemukan daun kering atau bawang dan sebagainya yang bisa saya makan. Tidak ada tempat yang saya datangi kecuali ada orang yang telah mendahuluiku. Jika aku menemukan orang tentulah dia orang miskin yang saling berebut makanan sehingga saya meninggalkannya dalam keadaan malu.
Saya pun pulang melewati tengah kota. Tidak aku temukan satu tumbuhan pun kecuali orang lain telah mendahuluiku hingga saya sampai ke mesjid Yasin pasar Rayyahin Baghdad. Badan saya sudah lemas dan tidak kuat lagi berpegangan. Saya pun masuk mesjid itu dan akhirnya jatuh di samping mesjid. Tiba-tiba masuklah pemuda non-Arab dengan membawa roti lezat dan berdaging. Dia duduk di dekat saya dan makan. Hampir-hampir ketika ia mengangkat tangannya dengan memakan roti itu, saya membuka mulut karena lapar yang mengigit hingga saya menepis semua itu dan katakan pada diri saya 'apa-apaan ini' lalu saya katakan 'tidak ada siapapun di sini kecuali Allah swt atau Dia yang menetapkan kematian kepadaku.' Tiba-tiba orang asing itu menoleh kepadaku dan melihatku seraya berkata ' bismillah, ambillah ini wahai saudaraku' tapi saya menolak. lalu dia bersumpah kepadaku. Saya pun tetap menolak dan saya juga bersumpah. Tetapi akhirnya saya menerima pemberian itu, lalu saya makan sedikit. Dia bertanya kepadaku 'apa pekerjaanmu, dari mana kamu, siapa namamu.' Saya menjawab 'saya seorang pelajar dari jailan.' Dia berkata 'saya juga dari jailan. Apakah kamu tahu seorang pemuda yang bernama Abdul Qadir?' Saya menjawab 'saya orangnya.' Dia kelihatan sangsi dan wajahnya berubah dan berkata ' demi Allah Subhanahu Wa Ta'alaa saya sekarang telah di Baghdad dan saya masih punya sisa bekalku. Saya telah bertanya tentangmu tapi tidak seorangpun yang menunjukkanku hingga bekalku habis. Selama tiga hari saya tidak punya bekal apa apa. Kecuali roti milikmu yang saya bawa ini. Saya hampir mati, maka saya mengambil dari barang titipanmu ini. Berupa roti dan daging. Sekarang makanlah karena ini roti milikmu dan sekarang saya adalah tamumu, setelah sebelumnya kamu menjadi tamuku.'
Lalu saya katakan kepadanya 'lalu apa itu?' Dia menjawab ' ibumu menitipkan kepadaku delapan dinar. Saya membeli sesuatu darinya karena terpaksa, maka saya meminta maaf kepadamu' saya pun menenangkannya dan memaafkannya. Dan saya memeriksa sisa makanan dan sedikit emas untuk upah. Dia pun menerimanya dan pergi"
Demikian kesungguhan dan kelelahan yang ditempuh oleh semua penuntut ilmu pada masa itu dengan penuh kesabaran dan ketabahan untuk merealisasikan cita-cita mereka dalam mendapatkan ilmu.
Bagaimana dengan kita sekarang?
(Silakan direnungkan)
Kisah yang dipaparkan oleh syekh Abdul Qadir al jailani ini, merupakan karamahnya yang diberikan Allah swt kepadanya karena beliau berpindah dari satu tempat ke tempat lain hingga sampai ke mesjid. Di dalamnya bertemu dengan seseorang yang diutus oleh ibunya, dan dengan pertemuan itu Allah swt mengangkat kesulitan yang dihadapinya dan menyelamatkannya dari kebiasaan.
Subhanallah.
Syair yang banyak beliau ulang-ulang
"Wahai yang enak diulang dan diucapkan (لا إله إلا الله) janganlah Engkau lupakan aku saat perpisahan (maut)"
سْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Mengenal syekh Abdul Qadir al jailani
Sosok beliau sangat masyur hingga saat ini. Beliau di kenal sebagai walinya para waliyullah. Banyak karamah yang beliau dapatkan hingga bisa apa yang ia katakan sampai kepada hati orang yang mendengarkan yang membuatnya populer karena karomahnya.
Sosok beliau tekun dalam mengejar ilmu. Di masa mudanya (18 tahun) beliau meninggalkan kota kelahirannya yakni jailan atau kailan persia merantau ke baghdad pada tahun 488 H untuk menuntut ilmu dibiayai oleh ibunya. Baghdad adalah kota yang paling terkenal karena ulamanya yang banyak memberikan pengaruh terhadap pemikiran Islam.
Beliau sosok yang sangat bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Syekh Abdul Qadir al jailani menuntut ilmu selama 32 tahun.
Ibnu rajab menggambarkan bagaimana kesulitan (penderita) saat menuntut ilmu masa itu bahwa Abdul Qadir al jailani pernah berkata bahwa
"Saya memakan pohon-pohon berduri, bawang yang mati dan daun-daun kering di pinggir sungai dan parit, saya mengalami kesulitan ekonomi yang sangat parah di Baghdad hingga berhari-hari saya tidak makan dan hanya makan tumbuhan yang baru bersemi. Suatu hari saya keluar karena sangat kelaparan dan berharap menemukan daun kering atau bawang dan sebagainya yang bisa saya makan. Tidak ada tempat yang saya datangi kecuali ada orang yang telah mendahuluiku. Jika aku menemukan orang tentulah dia orang miskin yang saling berebut makanan sehingga saya meninggalkannya dalam keadaan malu.
Saya pun pulang melewati tengah kota. Tidak aku temukan satu tumbuhan pun kecuali orang lain telah mendahuluiku hingga saya sampai ke mesjid Yasin pasar Rayyahin Baghdad. Badan saya sudah lemas dan tidak kuat lagi berpegangan. Saya pun masuk mesjid itu dan akhirnya jatuh di samping mesjid. Tiba-tiba masuklah pemuda non-Arab dengan membawa roti lezat dan berdaging. Dia duduk di dekat saya dan makan. Hampir-hampir ketika ia mengangkat tangannya dengan memakan roti itu, saya membuka mulut karena lapar yang mengigit hingga saya menepis semua itu dan katakan pada diri saya 'apa-apaan ini' lalu saya katakan 'tidak ada siapapun di sini kecuali Allah swt atau Dia yang menetapkan kematian kepadaku.' Tiba-tiba orang asing itu menoleh kepadaku dan melihatku seraya berkata ' bismillah, ambillah ini wahai saudaraku' tapi saya menolak. lalu dia bersumpah kepadaku. Saya pun tetap menolak dan saya juga bersumpah. Tetapi akhirnya saya menerima pemberian itu, lalu saya makan sedikit. Dia bertanya kepadaku 'apa pekerjaanmu, dari mana kamu, siapa namamu.' Saya menjawab 'saya seorang pelajar dari jailan.' Dia berkata 'saya juga dari jailan. Apakah kamu tahu seorang pemuda yang bernama Abdul Qadir?' Saya menjawab 'saya orangnya.' Dia kelihatan sangsi dan wajahnya berubah dan berkata ' demi Allah Subhanahu Wa Ta'alaa saya sekarang telah di Baghdad dan saya masih punya sisa bekalku. Saya telah bertanya tentangmu tapi tidak seorangpun yang menunjukkanku hingga bekalku habis. Selama tiga hari saya tidak punya bekal apa apa. Kecuali roti milikmu yang saya bawa ini. Saya hampir mati, maka saya mengambil dari barang titipanmu ini. Berupa roti dan daging. Sekarang makanlah karena ini roti milikmu dan sekarang saya adalah tamumu, setelah sebelumnya kamu menjadi tamuku.'
Lalu saya katakan kepadanya 'lalu apa itu?' Dia menjawab ' ibumu menitipkan kepadaku delapan dinar. Saya membeli sesuatu darinya karena terpaksa, maka saya meminta maaf kepadamu' saya pun menenangkannya dan memaafkannya. Dan saya memeriksa sisa makanan dan sedikit emas untuk upah. Dia pun menerimanya dan pergi"
Demikian kesungguhan dan kelelahan yang ditempuh oleh semua penuntut ilmu pada masa itu dengan penuh kesabaran dan ketabahan untuk merealisasikan cita-cita mereka dalam mendapatkan ilmu.
Bagaimana dengan kita sekarang?
(Silakan direnungkan)
Kisah yang dipaparkan oleh syekh Abdul Qadir al jailani ini, merupakan karamahnya yang diberikan Allah swt kepadanya karena beliau berpindah dari satu tempat ke tempat lain hingga sampai ke mesjid. Di dalamnya bertemu dengan seseorang yang diutus oleh ibunya, dan dengan pertemuan itu Allah swt mengangkat kesulitan yang dihadapinya dan menyelamatkannya dari kebiasaan.
Subhanallah.
Syair yang banyak beliau ulang-ulang
"Wahai yang enak diulang dan diucapkan (لا إله إلا الله) janganlah Engkau lupakan aku saat perpisahan (maut)"